SMART SMILE AND INDO PHREAKS »

Sunday, October 28, 2012

MEMAKNAI KEMBALI ARTI SUMPAH PEMUDA


Berbicara tentang pemuda memang tak akan ada habisnya. Selalu ada yang baru untuk dibicarakan. Keceriaan, emosional, semangat dan ide-ide yang selalu mengucur deras seakan menjadi harmonisasi kehidupan yang terus dinamis mengikuti ritme kehidupan. Pemuda, yang terbayang pertama kali dalam benak kita ketika mendengar kata ini adalah seorang yang kokoh berjalan, tegas dalam bertindak, memiliki jiwa yang mudah menerima perubahan ke arah yang lebih baik dan dinamis. Begitulah gambaran para pemuda ketika berkibar di zamannya. Dan ini dibuktikan oleh Sutan Syahrir dan kawan-kawan 28 Oktober, 83 tahun yang lalu. Pemuda menjadi sosok yang begitu diharapkan membawa kebaikan dan kekuatan melepaskan penjajahan di masa itu. Hingga akhirnya kita sama-sama mengetahui bahwa apa yang diperjuangkan saat itu seharusnya menjadi karakter dalam kehidupan pemuda saat ini.
Namun apa yang kita alami saat ini menjadikan refleksi bagi sebagian besar orang karena ternyata idealism yang dulu diperjuangkan hanya berhenti sampai kemerdekaan Republik Indonesia tanpa kelanjutannya sampai saat ini. Melihat pemuda saat ini kita risih, betapa banyak pemuda yang tidak memiliki lagi karakter yang diharapkan. Betapa banyak kasus yang membuat kita geleng-geleng kepala. Sebelum kita membahas topik ini lebih jauh lagi saya akan memberikan data dan fakta berikut:
  • 158 kepala daerah tersangkut korupsi sepanjang 2004-2011
  • 42 anggota DPR terseret korupsi pada kurun waktu 2008-2011
  • 30 anggota DPR periode 1999-2004 terlibat kasus suap pemilihan DGS BI
  • Kasus korupsi terjadi di berbagai lembaga seperti KPU, KY,  KPPU, Ditjen Pajak, BI, dan BKPM
(Sumber : Litbang Kompas)
Kini setelah membaca fakta diatas, apa yang ada di pikiran kita? Apakah memang itu yang menjadi kelakuan para pejabat negara yang pastinya dulu juga merupakan seorang pemuda? Maka menjadi pertanyaan besar bagi kita bahwa ternyata pembangunan karakter, sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah saja, tapi di rumah dan di lingkungan sosial. Bayangkan apa persaingan yang muncul di tahun 2050? Yang jelas itu akan menjadi beban kita dan orangtua masa kini. Saat itu, anak-anak masa kini akan menghadapi persaingan dengan rekan-rekannya dari berbagai belahan negara di dunia. Bahkan kita yang masih akan berkarya di tahun tersebut akan merasakan perasaan yang sama. Tuntutan kualitas sumber daya manusia pada tahun-tahun berikutnya tentu membutuhkan good character.
Di zaman globalisasi ini kita mengetahui adanya modernisasi dan westernisasi di kalangan pemuda Indonesia khususnya kalangan pemuda yang berada di Banten. Modernisasi dan westernsiasi ini menunjukkan betapa hebatnya pengaruh dari zaman globalisasi ini untuk kalangan para pemuda. Sehingga perlahan tapi pasti, hal-hal berkaitan dengan keagamaan sedikit demi sedikit terkikis oleh suatu keadaan yang disebut modernisasi dan westernisasi, maka dari itu dampak negatif modernisisasi dan westernisasi harus dicari solusi yang tepat dan efektif untuk meminimalisirnya.
Media massa merupakan media sosialisasi yang cukup berpengaruh terhadap pembangunan opini dan karakter pemuda. Nilai dan norma yang disampaikan dan disajikan oleh media massa akan tertanam dalam diri seseorang melalui penglihatan maupun pendengaran. Begitupula dengan negara kita Indonesia, yang erat  dengan budaya ketimuran. Hal ini karena warga negaranya yang terkenal dengan keramahan, kesopanan dan agamis, sehingga banyak kota-kota yang dijuluki sebagai kota  santri, khususnya di pulau Jawa. Namun seiring perkembangan zaman yang begitu cepat, kecanggihan teknologi, komunikasi serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat memudarkan sedikit demi sedikit budaya ketimuran kita. Tak pandang usia, jabatan, ras dan suku. Bahkan wilayah  Banten yang katanya kebanyakan merupakan suku Sunda, yang erat kaitannya dengan kesopanan dan tutur bahasanya yang halus sedikit demi sedikit mulai terkikis. Selain itu wilayah Banten adalah salah satu kota yang berpangaruh besar dalam penyebaran agama Islam di Tanah air. Sehingga Banten sering dijuluki sebagai wilayah yang agamis. Namun semua julukan ini perlahan-lahan menghilang seiring dengan modernisasi dan westernisasi.
Di sektor pariwisata yang ada di Banten yang terkenal dengan keindahan bahari dan asrinya alam Ujung kulon, banyak dikunjungi wisatawan dari ibukota dan wisatawan mancanegara. Sedangkan di bidang  teknologi komunikasi, membuat para penduduk Banten  (khususnya di kalangan pemuda) tidak mau merasa ketinggalan. Sehingga mereka mulai  berlomba-lomba mendapatkan gadget terbaru dan dengan itu mereka mudah mengenal budaya barat yang biasa dikenal dengan westernisasi. Gaya hidup ini, perlahan-lahan  mulai mengubah gaya hidup dan pola pikir mereka dan menghapus keoriginalitasan mereka sebagai warga Banten yang berbudaya. Padahal kita sama-sama mengetahui betapa kayanya negara kita akan budaya dan tradisi yang sangat menjunjung tinggi sikap dan perilaku. Ini sama halnya dengan pembangunan karakter bangsa lewat pemuda dengan mengenalkan budaya bangsa sejak dini. Kita harus dapat memilah dan memilih mana budaya bangsa yang dapat dipertahankan dan mengikuti pola modernisasi dan westernisasi. Atau sebaliknya, kita harus bisa menempatkan secara tepat apa dan bagaimana jika sebuah kebijakan yang berasal dari luar yang mungkin dapat mempengaruhi karakter pemuda. Hal ini karena kita mengetahui betapa bahayanya jika kita menerima modernisasi tanpa menyaring terlebih dahulu.
Akhirnya, mari kita kembalikan kepada deklarasi sumpah pemuda yang di sana terdapat nilai-nilai kebangsaan, kesatuan dan cinta tanah air. Kita harus kembali dapat memaknai betapa penting dan berharganya pemuda sebagai aset masa depan dengan terus mengedepankan teknologi dan keilmuan tanpa menghilangkan nilai-nilai budaya yang tumbuh berkembang. Sehingga kita harus terus membangun karakter pemuda yang dapat dibanggakan sebagai agen penerus dan pelurus bangsa.